Iklan Radar Banjarmasin

Iklan Radar Banjarmasin

Wednesday, October 14, 2015

Venue Final Tunggu Arahan Istana

JAWA POS – Rapat koordinasi final Piala Presiden 2015 berlangsung tiga jam, sejak pukul 13.30 hingga 16.30. Meski begitu, tetap saja tidak ada putusan resmi yang dikeluarkan Polda Metro Jaya selaku pemegang kewenangan kepolisian di Jakarta.
Selanjutnya, keputusan akhir akan ditetapkan pihak Istana Presiden dan Mabes Polri. Perhelatan tersebut menyangkut isu keamanan yang kian santer dihadapkan pada seteru lama antara The Jakmania—julukan suporter Persija—dan Bobotoh, sebutan pendukung Persib.
Meski dua kubu tidak akan bertemu di dalam lapangan, benang kusut yang belum terurai di antara mereka menjadi masalah serius dan ancaman keamanan partai puncak. Karena itu, segala keputusan hingga kini masih menunggu arahan dari Istana Presiden dan Mabes Polri.
Pertemuan kemarin sore dipimpin langsung oleh Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian di gedung Biro Operasi, Polda Metro Jaya, Jakarta. Mahaka diwakili CEO mereka Hasani Abdul Gani. Hadir pula perwakilan suporter tim yang lolos ke babak final dan perebutan peringkat ketiga. Yakni, Bobotoh (Persib), S-Mania (Sriwijaya FC), Aremania, dan Mitmania (Mitra Kukar).
Selain itu, The Jakmania yang dipimpin Richard Ahmad datang dengan sejumlah pentolan koordinator wilayah mereka. “Belum ada putusan, akan kami bawa dalam koordinasi dengan Mabes Polri malam ini (tadi malam, Red),” kata Tito kepada awak media.
Dalam pertemuan yang berlangsung, Tito menjelaskan, pihaknya menerima paparan kondisi terakhir di lapangan dari perwakilan kelompok suporter. Heru Joko, ketua Viking Persib Club, salah satu kelompok Bobotoh, menuturkan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan elemen suporter Persib untuk datang ke Jakarta. Hanya, mereka masih mengkhawatirkan masalah keamanan. “Kalau memang diputuskan di Jakarta, teman-teman tentu ingin datang langsung ke sini,” katanya.
Dia menyatakan, perseteruan The Jakmania dan Bobotoh sejatinya memang berlangsung lama. Tetapi, petinggi dua kelompok suporter tersebut berharap terjadi kedamaian di antara mereka. Di tempat yang sama, Richard berharap polisi dan pemangku tanggung jawab memutuskan segalanya dengan bijak. “Harapan kami masih sama, untuk meminimalkan yang tidak diharapkan bersama, lebih wise jika final digelar di luar Jakarta,” ungkapnya. Namun, The Jakmania pada dasarnya sudah menjelaskan kepada pihak kepolisian terkait dengan kondisi mereka di akar rumput. Penolakan yang massive dari elemen bawah The Jakmania terhadap final di Jakarta diharapkan menjadi perhatian tersendiri. Namun, jika tetap dijalankan di Jakarta, Richard menyatakan pihak keamanan harus menyiapkan strategi yang tepat. Sementara itu, Hasani menegaskan bahwa pihaknya sudah pasrah dengan kepastian venue. Tetapi, seiring berkembangnya waktu, muncul surat kepastian dari Mahaka kepada empat klub di final dan perebutan juara tiga terkait dengan venue perhelatan laga tersebut di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Di tempat terpisah, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti juga menyarankan agar final Piala Kemerdekaan bisa digelar di Jakarta. Dengan menggelar final di ibukota, maka pengamanan akan lebih mudah dilakukan.”Nanti, suporter yang datang tinggal koordinasi di titik mana masuknya. Kami langsung kawal biar tidak terjadi apapun,” tuturnya.
Dengan begitu dapat dipastikan bahwa izin menggelar final sudah pasti turun. Dengan kondisi apapun, Polri siap untuk mengamankan. Soal adanya ancaman pihak tertentu? Dia justru menegaskan bahwa tidak boleh ada gangguan pada upaya pemerintah menggairahkan sepak bola Indonesia. ”Saya harap jangan ada yang menghalangi,” tegasnya.(nap/idr/c15/ko)

No comments:

Post a Comment