JAWA POS - Setiap
lawan paham betul bahwa senjata utama Stephen Curry adalah tembakan tiga angka
yang superakurat. Tapi, mengapa susah sekali mengantisipasinya? Berikut rahasia
kehebatan MVP dan aktor penting Golden State Warriors yang menjadi juara NBA
musim lalu itu.
Skill istimewa
Stephen Curry dalam menembak tiga angka membuat statistik sepanjang masa NBA
harus diperbarui. Nama Curry kini bertengger di peringkat ketiga pemain dengan
persentase field goal tembakan three-point tertinggi di liga basket paling wah
di dunia itu. MVP NBA 2015 tersebut punya persentase tembakan tiga angka yang
mencapai 44 %. Enam musim berkarir di NBA, Steph—panggilannya—sudah menceploskan
1.191 tembakan threepoint dari 2.704 kali percobaan.
Hanya dua orang
yang punya persentase lebih baik. Pertama Steve Kerr dengan 45,4% (7261.599).
Kerr adalah pelatih Curry di Warriors saat ini. Seorang lagi Hubert Davis
dengan 44,1% (728–1.651). Davis pensiun pada 2004 bersama New Jersey Nets. “Setiap
melihat daftar pemain yang memiliki kemampuan menembak spesial, saya selalu
memimpikan menjadi bagian dari kelompok itu,” ucap Curry sebagaimana dikutip
ESPN.
Jurnalis olahraga
Wall Street Journal Ben Cohen menyebutkan kemampuan Curry dalam menembak tiga angka
selevel dengan agresivitas Michael Jordan dan kemampuan fisik LeBron James.
Artinya, memang di atas rata-rata. Tembakan tiga angka Curry adalah salah satu
senjata paling mematikan di NBA saat ini. Kemampuan itu membuat para fisikawan
yang lama bergelut dengan sport science heran sekaligus kagum. “Melihat Curry
menembak tiga angka, kita seperti melihat pemain lain melakukan dunk. Saat dia
gagal, kita malah terkejut,” tulis Cohen.
Pertanyaannya,
bagaimana point guard 27 tahun tersebut bisa memiliki kemampuan sedahsyat itu?
Profesor fisika Gintaras Duda PhD dari Creighton University, Omaha, Nebraska,
menjelaskan bahwa para pemain basket secara tidak sadar telah menggunakan
insting fisika saat menembak. Menurut dia, ada dua hal terpenting yang menentukan
kesuksesan tembakan tiga angka. Pertama, posisi pemain saat melakukan tembakan.
Kedua, sudut gerakan parabola yang dibuat. Gerakan parabola yang dimaksud
adalah proses ketika bola lepas dari tangan penembak (release) hingga menuju
ring. “Sudut terendah yang memungkinkan terciptanya tembakan tiga angka adalah
33 derajat,” ujarnya kepada scienc edaily.com.
Ketika pemain
berhasil menciptakan gerakan parabola bersudut 45 derajat dengan kecepatan bola
32 km/jam, plus gerakan perputaran bola dua kali per detik, ditambah titik bola
tertinggi pada posisi 20,9 feet (6,3 meter), Duda menyebut pemain itu berhasil
membuat tembakan tiga angka sempurna. Curry melakukan itu semua!
Dr John
Fontanella dalam bukunya The Physics of Basketball mengatakan makin tinggi
sudut parabola, keranjang basket yang menjadi target sasaran tampak makin
besar. “Higher arc = Bigger Target,” tulisnya.
Pelatih
free-throw Dallas Mavericks Gary Boren mengilustrasikan teori tersebut secara
lebih gamblang. Dia mengatakan, teknik Curry itu sama saja seperti menurunkan
posisi ring. Dan dia menembak dengan menggunakan tangga lipat. “Kamu tidak bisa
mengubah ukuran bola. Tapi, dengan cara itu, kamu bisa mengubah ukuran ring,”
jelasnya.
Curry memulai
gerakan shootnya dengan tepat. Mulai melompat sampai saat me-release bola dari
atas kepala. Kemampuan gerakan kinetiknya di atas rata-rata. Release bola yang
dia lakukan 0,1 detik lebih cepat dari rata-rata shooter NBA. Proses release
itu hanya memakan waktu 0,3 detik.
Tembakan tiga
angka Curry menciptakan sudut ketinggian gerakan parabola yang maksimal. Data
statistik NBA, STATS LLC, yang didapat dari rekaman kamera resolusi tinggi
menyatakan rata-rata titik ketinggian maksimal bola dalam tembakan tiga angka
adalah 4,8 meter. Sementara itu, Curry melebihi rata-rata tersebut. Bola hasil
tembakannya mencapai titik ketinggian maksimal 4,94 meter.
Analisis dari
fisikawan Lynchburg College, Eric Godd, menguatkan data tersebut. “Mungkin dia
pemain terbaik di dunia dalam hal mengoordinasikan gerakan tangan dengan mata,”
kata Stve Kerr. Power forward utama Warriors Draymond Green mengamini pendapat
pelatihnya itu. “Saya bisa berusaha sekeras-kerasnya. Tapi, saya tidak akan
bisa menembak seperti Stephen Curry,” ucapnya.(irr/c19/nur)
Kuncinya adalah Pengulangan
JAWA POS - Kemampuan
tembakan tiga angka spesial Stephen Curry tidak datang tiba-tiba. Semua lahir
dari kerja sangat keras dan pengulangan latihan yang bertubi-tubi.
Saat masih
bersekolah di Charlotte Christian High School, Charlotte, North Carolina, Curry
belum punya kelebihan itu. Sang ayah, Dell Curry, mengatakan anaknya masih memulai
tembakan dari pinggang. Itu membuat gerakan Steph—panggilan Stephen Curry—sangat
mudah dibaca.
Curry menyadari
kekurangannya, lantas memperbaikinya. Saat liburan musim panas, Curry tetap
bergelut dengan latihan me-release bola. “Di setiap tim yang dia bela, Steph
selalu menjadi pemain terkecil. Kami mencari cara untuk memecahkan masalah itu,”
ucap Dell dikutip ESPN.
Memindahkan
release bola tepat di atas kepala membuat tembakan Curry mulai sulit diblok
lawan. Hal tersebut makin sempurna karena Curry tumbuh tinggi, mencapai 191 cm.
Apa resepnya? “Pengulangan. Dia terus berlatih dan mempraktikkannya saat pertandingan,”
kata Dell yang menjadi pemegang rekor akurasi tembakan tiga angka terbaik dalam
sejarah Charlotte Hornets.
Meski sudah punya
nama besar, kebiasaan Curry menambah latihan sendiri saat off season tidak
berhenti. Saat jeda kompetisi, dia bersama trainer pribadinya, Brandon Payne,
bergelut dengan latihan khusus. Salah satunya, mempertajam kinerja sistem
neuromuscular tubuh.
Payne
mengungkapkan, salah satu latihan yang dilakukan adalah men-dribble bola sambil
menangkap bola tenis yang dilemparkan ke arahnya. Latihan itu dimaksudkan untuk
mempertajam sistem hubungan struktur anatomi tubuh. Mulai struktur fisiologi,
biomekanika, hingga sistem otot. Hasil latihan itu bisa dilihat dari ball
handling dahsyat yang dimiliki Curry saat ini. Itu menjadi modal sangat penting
sebagai seorang playmaker. Dribble yang baik juga membuatnya makin nyaman
menemukan ruang kosong untuk meluncurkan senjata andalannya; tiga angka.(irr/c17/nur)
Dulu Dianggap
Tembakan Anak TK
JAWA POS - “Awalnya,
semua orang di NBA memberontak dengan tembakan angka. Sebab, itu aturan baru
yang diadopsi dari ABA (American Basketball Association),” ucap George Karl,
head coach Sacramento Kings, sebagaimana dikutip ESPN.
Pelatih 64 tahun
itu adalah salah seorang pelatih yang mengikuti masa transisi saat ABA dimerger
dengan NBA pada 1976. Sebelumnya, kedua liga bersaing menjadi yang terbaik.
Tembakan tiga angka baru resmi ditambahkan di game NBA pada musim 1979–1980,
tiga tahun setelah merger. “Pada tahun-tahun pertama, saat kau melakukan itu
(tembakan tiga angka), pemain-pemain yang lain akan mengatakan: Hey, itu bukan
good shot! Itu basket untuk anak TK!” ucap Karl.
Pick and roll,
layup, dan adu big man di paint area lebih dianggap permainan basket yang
sesungguhnya. Kenyataan itu diiyakan oleh salah seorang legenda NBA Larry Bird.
Pemain yang membawa Boston Celtics menjadi juara NBA tiga kali (1981, 1984,
1986) itu dikenal sebagai pemain paling tokcer membikin tembakan tiga angka
pada era tersebut. Meski punya kelebihan itu, Bird mengatakan awalnya tidak
seberapa suka menembak three point. “Saya masih ingat, saat ada pemain lawan
akan melakukan tembakan tiga angka, kami tidak akan menjaga,” katanya. “Jika
mau menembak, tembak saja. Kami tidak akan menjaga siapa pun yang berdiri di
sana,” tambah pria yang kini menjabat presiden Indiana Pacers itu.
Pada tahun kedua,
aturan tiga angka digunakan (1980– 1981), Bird membawa Celtics juara. Saat itu,
Celtics tercatat hanya mengemas 241 tembakan tiga angka dalam satu musim.
Bandingkan dengan juara NBA 2014–2015 Golden State Warriors. Stephen Curry dkk
mengemas 883 tembakan tiga angka dari 2.217 kali percobaan. Curry, sang MVP,
mengemas 286 angka dari 646 kali kesempatan. Itu berarti NBA kini telah
menerima dengan sepenuhnya peraturan yang dahulu mereka benci. “Tidak disangkal
lagi, dampak tembakan tiga angka sudah sangat besar di NBA hari ini,” ucap
Bird. (irr/c4/nur)
No comments:
Post a Comment