Iklan Radar Banjarmasin

Iklan Radar Banjarmasin

Thursday, October 15, 2015

Belanda Putus Harapan

JAWA POS – Ketika Belanda kalah 0-1 oleh Islandia serta dihajar Turki 0-3 bulan lalu, publik Negeri Tulip sebenarnya sudah siap mental. Timnas yang mereka cintai akan sangat sulit lolos ke putaran final Euro 2016 di Prancis. Mereka juga sudah putus harapan saat Oranje—sebutan Belanda—harus berjibaku pada laga terakhir kualifikasi melawan Rep Ceko di Amsterdam Arena dini hari kemarin.
Tapi, ketika hal yang paling ditakuti itu terjadi, tetap saja rasanya begitu menyakitkan. Fans terlihat tidak percaya saat melihat papan skor 2-3. Di Amsterdam Arena, rumah mereka sendiri, Oranje dipermalukan. Lebih sakit mendengar berita Turki menang 1-0 atas Islandia. Selesai sudah. Seandainya malam itu menang, Wesley Sneijder dkk tetap tidak lolos.
Mereka pulang dari stadion dengan gontai. Mencatat hal buruk di putaran final masih acceptable. Tapi, gagal lolos, bahkan dari playoff, bukanlah standar Belanda. “Siapa yang tidak kecewa. Tentu kami semua sedih,” ucap pelatih Belanda Danny Blind dalam konferensi pers setelah pertandingan. “Ini mengecewakan buat saya, pemain, dan seluruh publik Belanda. Kami harus segera move on ke target selanjutnya. Yakni lolos ke Piala Dunia 2018 Rusia,” papar dia.
Tidak ada yang kaget atas hasil ini. Belanda memang bermain buruk sekali dalam laga penutup kemarin. Sementara itu, Ceko yang sudah lolos tetap all-out. Di babak pertama, mereka langsung unggul 2-0 lewat Pavel Kaderabek (21’) dan Josef Sural (35’). Gol-gol Belanda dicetak Klaas-Jan Huntelaar (70’) dan Robin van Persie (83’). Namun, Van Persie tidak hanya mencetak satu gol. Sebelum nya, dia sudah mencetak satu gol. Tapi, ke gawang sendiri. Tepatnya di menit ke-66.
Belanda tidak hanya kalah dan dipastikan gagal lolos ke Euro. Tapi kalah dengan sangat memalukan. Apa yang salah? Pandit Sky Sports Tony Gale menyebut ini adalah tim Belanda paling buruk sepanjang sejarah. Menilik analisis dua jurnalis sepak bola Belanda, Pieter Zwart dan Michiel Jongsma, masalah bermula ketika KNVB menunjuk Guus Hiddink sebagai pelatih. Dia menggantikan Louis van Gaal selepas Piala Dunia 2014.
Hiddink dipilih karena sukses membawa Rusia menembus semifinal Euro 2008. Masih menurut Jongsma, pada laga-laga awal kualifikasi, ekspektasi yang disematkan kepada Hiddink mulai berubah. Ekspektasi yang dimaksud terletak pada gaya permainan serta pendekatan yang dilakukan Hiddink ketika kembali menangani Belanda. Jongsma mencontohkan ketika Van Gaal mewariskan formasi 5-3-2. Dengan formasi itu, Van Gaal mampu membawa Belanda menempati peringkat ketiga Piala Dunia 2014. Selama game, formasi itu begitu lentur dan bisa berubah menjadi 3-5-2 ketika dibutuhkan. Dua fullback bisa digeser wing back. Van Gaal tentu punya alasan dalam menerapkan skema yang cenderung defensif. Menurut dia, formasi total voetbal 4-3-3 khas Belanda baru berjalan efektif ketika Kevin Strootman bisa bermain. Covering-nya di lini tengah cukup bagus. “Namun, karena Strootman cedera, Van Gaal menumpuk pemain belakang dan menyisakan
dua striker di depan. Sehingga mereka mempunyai daya gedor yang cukup ketika melakukan serangan balik,” ulas Jongsma.
Toh, strategi itu berjalan baik. Ketika masuk, Hiddink langsung membongkar strategi Van Gaal dan mengembalikannya ke pakem 4-3-3. Padahal, komposisi pemainnya sama dengan saat Belanda tampil di Brasil. Mereka tidak mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut. “Kekompakan tim sama sekali tidak terlihat. Tim cenderung fokus pada serangan dari sayap,” ujar Zwart, penulis di Voetbal International. “Hiddink dikenal hanya mengedepankan penguasaan bola dibanding dengan penyelesaian akhir. Kelihatannya, ball possession itulah tujuan utama dia,” imbuhnya.
Akibatnya bisa ditebak. Belanda langsung kalah oleh Ceko pada laga perdana kualifikasi grup A. Sempat menang melawan Kazakhstan di laga berikutnya, mereka kembali kalah oleh Islandia dengan skor 0-2. Hal berikutnya yang patut digarisbawahi dari Hiddink adalah pendekatannya kepada para pemain. Selama ini, Van Gaal di kenal sebagai sosok guru. Hiddink berbeda. Dia lebih suka bertindak sebagai manajer. Dia selalu membebaskan para pemain berbuat hal yang mereka sukai.
Ketika deretan pemain senior cedera, Hiddink (dan juga Blind) tidak punya pilihan selain mengisi tim dengan anak-anak muda. Pendekatan Hiddink yang rileks tidak bisa diterapkan. Sebab, mereka belum matang dan belum bisa mengikuti insting dalam laga-laga berintensitas tinggi. Selain itu, gap antara generasi muda dan tua pada tubuh Belanda membuat tim kian tak stabil. Tim itulah yang diwarisi Blind ketika mengambil alih kepelatihan sejak Hiddink mundur Juni silam. Dia mempertahankan skema total voetbal dan memanggil beberapa pemain seperti Gregory van der Wiel serta Bruno Martins Indi untuk mengawal lini belakang mereka. Hasilnya, lagi-lagi Belanda kalah oleh Islandia, Turki, plus Ceko kemarin.
Legenda Belanda Johan Cruyff sempat nyinyir ketika Van Persie dkk menang 2-1 atas Kazakhstan pada 10 Oktober lalu. Dia sama sekali tidak terkesan. “Melawan tim lemah, skuat kita justru makin tidak menunjukkan perkembangan yang memuaskan. Jadinya, mereka tidak bisa menyerang,” ujar Cruyff dalam De Telegraaf.

Blind Bertahan
Banyak pihak yang mendesak agar KNVB berbenah dalam menyongsong kualifikasi Piala Dunia Rusia 2018. Salah satunya merombak staf kepelatihan. Atau, kalau memang bertang gung jawab, seharusnya Blind mengundurkan diri. Namun, keduanya tidak terjadi. KNVB ngotot mempertahankan Blind dan Blind sendiri bertekad tak akan mundur. “Saya telah menerima pekerjaan ini untuk periode waktu yang lama. Saya tidak berhak mengatakan apapun soal posisi saya. Yang jelas, saya tak akan berhenti,” ucapnya tegas. “Laga melawan Ceko sangatlah menyakitkan,” timpal chairman KNVB Bert van Oostveen. “Kami, KNVB, yang bertanggung jawab. Karenanya, kami akan mempertahankan Blind dan memintanya membangun tim masa depan Belanda,” tambah dia. “Kami memulai kualifikasi dengan tim yang sangat muda. Pelatih timnas saat ini harus mengawal proses itu hingga selesai,” papar Van Oostveen. “Kalau merasa bahwa situasi ini disebabkan oleh keputusan saya, tentu saya akan pergi dari KNVB. Tapi, kan tidak begitu. Kami akan lanjutkan ini ber sama-sama,” katanya.
Dukungan kepada Blind disuarakan beberapa pemain. Salah satunya Sneijder. “Blind harus bertahan, tentu saja. Ini bukan salahnya. Ini kesalahan kolektif kami sebagai pemain karena gagal dalam menerjemahkan strateginya,” papar Sneijder sebagaimana dilansir NOS.(apu/c19/na)

No comments:

Post a Comment