JAWA POS – Ketika
Belanda kalah 0-1 oleh Islandia serta dihajar Turki 0-3 bulan lalu, publik Negeri
Tulip sebenarnya sudah siap mental. Timnas yang mereka cintai akan sangat sulit
lolos ke putaran final Euro 2016 di Prancis. Mereka juga sudah putus harapan
saat Oranje—sebutan Belanda—harus berjibaku pada laga terakhir kualifikasi
melawan Rep Ceko di Amsterdam Arena dini hari kemarin.
Tapi, ketika hal
yang paling ditakuti itu terjadi, tetap saja rasanya begitu menyakitkan. Fans
terlihat tidak percaya saat melihat papan skor 2-3. Di Amsterdam Arena, rumah
mereka sendiri, Oranje dipermalukan. Lebih sakit mendengar berita Turki menang
1-0 atas Islandia. Selesai sudah. Seandainya malam itu menang, Wesley Sneijder
dkk tetap tidak lolos.
Mereka pulang
dari stadion dengan gontai. Mencatat hal buruk di putaran final masih acceptable.
Tapi, gagal lolos, bahkan dari playoff, bukanlah standar Belanda. “Siapa yang
tidak kecewa. Tentu kami semua sedih,” ucap pelatih Belanda Danny Blind dalam
konferensi pers setelah pertandingan. “Ini mengecewakan buat saya, pemain, dan
seluruh publik Belanda. Kami harus segera move on ke target selanjutnya. Yakni
lolos ke Piala Dunia 2018 Rusia,” papar dia.
Tidak ada yang
kaget atas hasil ini. Belanda memang bermain buruk sekali dalam laga penutup
kemarin. Sementara itu, Ceko yang sudah lolos tetap all-out. Di babak pertama,
mereka langsung unggul 2-0 lewat Pavel Kaderabek (21’) dan Josef Sural (35’).
Gol-gol Belanda dicetak Klaas-Jan Huntelaar (70’) dan Robin van Persie (83’).
Namun, Van Persie tidak hanya mencetak satu gol. Sebelum nya, dia sudah
mencetak satu gol. Tapi, ke gawang sendiri. Tepatnya di menit ke-66.
Belanda tidak
hanya kalah dan dipastikan gagal lolos ke Euro. Tapi kalah dengan sangat memalukan.
Apa yang salah? Pandit Sky Sports Tony Gale menyebut ini adalah tim Belanda
paling buruk sepanjang sejarah. Menilik analisis dua jurnalis sepak bola
Belanda, Pieter Zwart dan Michiel Jongsma, masalah bermula ketika KNVB menunjuk
Guus Hiddink sebagai pelatih. Dia menggantikan Louis van Gaal selepas Piala
Dunia 2014.
Hiddink dipilih
karena sukses membawa Rusia menembus semifinal Euro 2008. Masih menurut
Jongsma, pada laga-laga awal kualifikasi, ekspektasi yang disematkan kepada
Hiddink mulai berubah. Ekspektasi yang dimaksud terletak pada gaya permainan
serta pendekatan yang dilakukan Hiddink ketika kembali menangani Belanda.
Jongsma mencontohkan ketika Van Gaal mewariskan formasi 5-3-2. Dengan formasi itu,
Van Gaal mampu membawa Belanda menempati peringkat ketiga Piala Dunia 2014.
Selama game, formasi itu begitu lentur dan bisa berubah menjadi 3-5-2 ketika
dibutuhkan. Dua fullback bisa digeser wing back. Van Gaal tentu punya alasan dalam
menerapkan skema yang cenderung defensif. Menurut dia, formasi total voetbal
4-3-3 khas Belanda baru berjalan efektif ketika Kevin Strootman bisa bermain.
Covering-nya di lini tengah cukup bagus. “Namun, karena Strootman cedera, Van
Gaal menumpuk pemain belakang dan menyisakan
dua striker di
depan. Sehingga mereka mempunyai daya gedor yang cukup ketika melakukan
serangan balik,” ulas Jongsma.
Toh, strategi itu
berjalan baik. Ketika masuk, Hiddink langsung membongkar strategi Van Gaal dan
mengembalikannya ke pakem 4-3-3. Padahal, komposisi pemainnya sama dengan saat
Belanda tampil di Brasil. Mereka tidak mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut.
“Kekompakan tim sama sekali tidak terlihat. Tim cenderung fokus pada serangan
dari sayap,” ujar Zwart, penulis di Voetbal International. “Hiddink dikenal
hanya mengedepankan penguasaan bola dibanding dengan penyelesaian akhir. Kelihatannya,
ball possession itulah tujuan utama dia,” imbuhnya.
Akibatnya bisa
ditebak. Belanda langsung kalah oleh Ceko pada laga perdana kualifikasi grup A.
Sempat menang melawan Kazakhstan di laga berikutnya, mereka kembali kalah oleh
Islandia dengan skor 0-2. Hal berikutnya yang patut digarisbawahi dari Hiddink
adalah pendekatannya kepada para pemain. Selama ini, Van Gaal di kenal sebagai
sosok guru. Hiddink berbeda. Dia lebih suka bertindak sebagai manajer. Dia
selalu membebaskan para pemain berbuat hal yang mereka sukai.
Ketika deretan
pemain senior cedera, Hiddink (dan juga Blind) tidak punya pilihan selain
mengisi tim dengan anak-anak muda. Pendekatan Hiddink yang rileks tidak bisa
diterapkan. Sebab, mereka belum matang dan belum bisa mengikuti insting dalam
laga-laga berintensitas tinggi. Selain itu, gap antara generasi muda dan tua
pada tubuh Belanda membuat tim kian tak stabil. Tim itulah yang diwarisi Blind
ketika mengambil alih kepelatihan sejak Hiddink mundur Juni silam. Dia mempertahankan
skema total voetbal dan memanggil beberapa pemain seperti Gregory van der Wiel
serta Bruno Martins Indi untuk mengawal lini belakang mereka. Hasilnya,
lagi-lagi Belanda kalah oleh Islandia, Turki, plus Ceko kemarin.
Legenda Belanda
Johan Cruyff sempat nyinyir ketika Van Persie dkk menang 2-1 atas Kazakhstan
pada 10 Oktober lalu. Dia sama sekali tidak terkesan. “Melawan tim lemah, skuat
kita justru makin tidak menunjukkan perkembangan yang memuaskan. Jadinya,
mereka tidak bisa menyerang,” ujar Cruyff dalam De Telegraaf.
Blind Bertahan
Banyak pihak yang
mendesak agar KNVB berbenah dalam menyongsong kualifikasi Piala Dunia Rusia
2018. Salah satunya merombak staf kepelatihan. Atau, kalau memang bertang gung
jawab, seharusnya Blind mengundurkan diri. Namun, keduanya tidak terjadi. KNVB
ngotot mempertahankan Blind dan Blind sendiri bertekad tak akan mundur. “Saya
telah menerima pekerjaan ini untuk periode waktu yang lama. Saya tidak berhak
mengatakan apapun soal posisi saya. Yang jelas, saya tak akan berhenti,”
ucapnya tegas. “Laga melawan Ceko sangatlah menyakitkan,” timpal chairman KNVB
Bert van Oostveen. “Kami, KNVB, yang bertanggung jawab. Karenanya, kami akan
mempertahankan Blind dan memintanya membangun tim masa depan Belanda,” tambah
dia. “Kami memulai kualifikasi dengan tim yang sangat muda. Pelatih timnas saat
ini harus mengawal proses itu hingga selesai,” papar Van Oostveen. “Kalau
merasa bahwa situasi ini disebabkan oleh keputusan saya, tentu saya akan pergi
dari KNVB. Tapi, kan tidak begitu. Kami akan lanjutkan ini ber sama-sama,”
katanya.
Dukungan kepada
Blind disuarakan beberapa pemain. Salah satunya Sneijder. “Blind harus bertahan,
tentu saja. Ini bukan salahnya. Ini kesalahan kolektif kami sebagai pemain
karena gagal dalam menerjemahkan strateginya,” papar Sneijder sebagaimana
dilansir NOS.(apu/c19/na)
No comments:
Post a Comment