RADAR BANJARMASIN -
Selebritis seperti model, penyanyi, aktor, maupun aktris sudah biasa bermain
dalam sebuah film. Nah, bagaimana jika yang menjadi aktor dalam sebuah film
tersebut adalah seorang atlet? Tentu sangat langka. Apalagi jika yang main film
itu atlet Kalsel.
Amka dan sutradara Adi Pranajaya |
Dua atlet dan
satu pelatih tenis meja Kalsel terlibat dalam pembuatan film inspirasi yang
diproduksi oleh Dinas Pendidikan Kalsel. Mereka adalah Akhmad Rudi, Gilang
Ramadhan dan Haryono Wong. Dalam film yang berjudul Sang Juara tersebut, Akhmad
Rudi menjadi salah satu pemeran utama mendampingi aktor senior, Ray Sahetapy.
Rudi berperan
sebagai Arman kecil yang punya cita-cita menjadi seorang petenis meja handal.
Dengan segala kegigihannya, Arman kecil berhasil mencapai mimpinya tersebut.
Namun, yang menjadi inti dari cerita itu sebenarnya bukan perjuangan menjadi
juara. Melainkan nilai dari hasil perjuangan tersebut. Nilai yang diambil itu
adalah nilai karakter.
"Sebetulnya,
basisnya adalah pendidikan karakter lewat olahraga. Olahraga yang dipilih di
film tersebut adalah tenis meja," ucap Sekretaris Dinas Pendidikan Kalsel,
H Amka, yang punya ide cerita dari film tersebut.
Kenapa tenis meja
yang dipilih? Amka adalah Ketua Umum PTMSI Kalsel, organisasi yang mengurusi
tenis meja. Ia menilai tenis meja punya karakter tersendiri dibanding olahraga
lain, khususnya olahraga yang mirip dengan tenis meja seperti bulutangkis dan
tenis lapangan. Pertama, tenis meja merupakan olahraga yang mengandalkan
kecepatan. Kecepatan berpikir, kecepatan memilih momen, kecepatan bergerak dan
kecepatan menempatkan. "Orang yang juara adalah orang yang memiliki
kelebihan tersebut," bebernya.
Yang kedua, di
tenis meja berbeda ketika bermain ganda dengan tenis lapangan dan bulutangkis.
Kalau bermain ganda, tenis meja punya kelebihan selalu berbagi. Walaupun
berpasangan setiap atlet memukul bergantian. "Itu satu filosofi lagi yang
harus dimiliki setiap atlet. Mana hak kawan, mana hak untuk diri kita sendiri.
Sang juara mengenal karakter tersebut, ditambah lagi sang juara bisa mengambil
keputusan bersama secara kolektif," urainya.
Dan terakhir
perbedaan yang sangat kuat karakternya adalah bisa menempatkan kapan pola
berpikir. Di tenis meja ada istilah pukulan bola kosong dan bola isi.
"Sama halnya, sang juara dapat menentukan kapan dia harus berpikir dan
kapan pikirannya dikosongkan," tambahnya.
Sang juara harus
belajar esensi tersebut. Bagi orang yang berpandangan karakter, atlet yang naik
ke podium dan menerima medali memang seorang juara. Tapi, setelah turun dari
podium itu ia bukan lagi seorang juara. Di film tersebut, mengisahkan bagaimana
sang juara yang sebenarnya. Sang juara adalah ketika seorang atlet tenis meja
sudah gantung bed, jiwa juaranya masih tetap ada. Juara yang sebenarnya adalah
atlet yang sudah tidak lagi bertanding dan masih bisa bermanfaat bagi
masyarakat banyak.
"Di film
itu, Arman besar yang diperankan oleh Ray Sahetapy berhasil memperlihatkan
bagaimana sosok sang juara. Ia menjadi seorang birokrat yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pesan saya sebagai Ketum PTMSI, juara bukan dari segi prestasi tapi jiwa dan
mental diri," tutur Amka. "Atlet
Kalsel dilibatkan dalam film ini karena identitas diri mereka sesuai dengan
judul "Sang Juara" Laki-laki dari Banua," tambahnya.
Akhmad Rudi
mengaku terkejut saat pertama kali disuruh memerankan Arman kecil yang
merupakan sosok seorang inspirator. Tanpa ada persiapan yang cukup, ia
memberanikan diri. "Untung saja di film ini saya tidak banyak menggunakan
dialog. Mungkin sutradaranya juga sudah tahu bahwa kami tidak punya dasar main
film atau teater. Kalau banyak dialog, bisa-bisa hancur itu film,"
candanya.(rzy/az/dye)
No comments:
Post a Comment