Iklan Radar Banjarmasin

Iklan Radar Banjarmasin

Tuesday, October 20, 2015

Petenis Meja Kalsel Main Film

RADAR BANJARMASIN - Selebritis seperti model, penyanyi, aktor, maupun aktris sudah biasa bermain dalam sebuah film. Nah, bagaimana jika yang menjadi aktor dalam sebuah film tersebut adalah seorang atlet? Tentu sangat langka. Apalagi jika yang main film itu atlet Kalsel.
Amka dan sutradara Adi Pranajaya
Dua atlet dan satu pelatih tenis meja Kalsel terlibat dalam pembuatan film inspirasi yang diproduksi oleh Dinas Pendidikan Kalsel. Mereka adalah Akhmad Rudi, Gilang Ramadhan dan Haryono Wong. Dalam film yang berjudul Sang Juara tersebut, Akhmad Rudi menjadi salah satu pemeran utama mendampingi aktor senior, Ray Sahetapy.
Rudi berperan sebagai Arman kecil yang punya cita-cita menjadi seorang petenis meja handal. Dengan segala kegigihannya, Arman kecil berhasil mencapai mimpinya tersebut. Namun, yang menjadi inti dari cerita itu sebenarnya bukan perjuangan menjadi juara. Melainkan nilai dari hasil perjuangan tersebut. Nilai yang diambil itu adalah nilai karakter.
"Sebetulnya, basisnya adalah pendidikan karakter lewat olahraga. Olahraga yang dipilih di film tersebut adalah tenis meja," ucap Sekretaris Dinas Pendidikan Kalsel, H Amka, yang punya ide cerita dari film tersebut.
Kenapa tenis meja yang dipilih? Amka adalah Ketua Umum PTMSI Kalsel, organisasi yang mengurusi tenis meja. Ia menilai tenis meja punya karakter tersendiri dibanding olahraga lain, khususnya olahraga yang mirip dengan tenis meja seperti bulutangkis dan tenis lapangan. Pertama, tenis meja merupakan olahraga yang mengandalkan kecepatan. Kecepatan berpikir, kecepatan memilih momen, kecepatan bergerak dan kecepatan menempatkan. "Orang yang juara adalah orang yang memiliki kelebihan tersebut," bebernya.
Yang kedua, di tenis meja berbeda ketika bermain ganda dengan tenis lapangan dan bulutangkis. Kalau bermain ganda, tenis meja punya kelebihan selalu berbagi. Walaupun berpasangan setiap atlet memukul bergantian. "Itu satu filosofi lagi yang harus dimiliki setiap atlet. Mana hak kawan, mana hak untuk diri kita sendiri. Sang juara mengenal karakter tersebut, ditambah lagi sang juara bisa mengambil keputusan bersama secara kolektif," urainya.
Dan terakhir perbedaan yang sangat kuat karakternya adalah bisa menempatkan kapan pola berpikir. Di tenis meja ada istilah pukulan bola kosong dan bola isi. "Sama halnya, sang juara dapat menentukan kapan dia harus berpikir dan kapan pikirannya dikosongkan," tambahnya.
Sang juara harus belajar esensi tersebut. Bagi orang yang berpandangan karakter, atlet yang naik ke podium dan menerima medali memang seorang juara. Tapi, setelah turun dari podium itu ia bukan lagi seorang juara. Di film tersebut, mengisahkan bagaimana sang juara yang sebenarnya. Sang juara adalah ketika seorang atlet tenis meja sudah gantung bed, jiwa juaranya masih tetap ada. Juara yang sebenarnya adalah atlet yang sudah tidak lagi bertanding dan masih bisa bermanfaat bagi masyarakat banyak.
"Di film itu, Arman besar yang diperankan oleh Ray Sahetapy berhasil memperlihatkan bagaimana sosok sang juara. Ia menjadi seorang birokrat yang bermanfaat bagi masyarakat. Pesan saya sebagai Ketum PTMSI, juara bukan dari segi prestasi tapi jiwa dan mental diri," tutur Amka. "Atlet Kalsel dilibatkan dalam film ini karena identitas diri mereka sesuai dengan judul "Sang Juara" Laki-laki dari Banua," tambahnya.
Akhmad Rudi mengaku terkejut saat pertama kali disuruh memerankan Arman kecil yang merupakan sosok seorang inspirator. Tanpa ada persiapan yang cukup, ia memberanikan diri. "Untung saja di film ini saya tidak banyak menggunakan dialog. Mungkin sutradaranya juga sudah tahu bahwa kami tidak punya dasar main film atau teater. Kalau banyak dialog, bisa-bisa hancur itu film," candanya.(rzy/az/dye)

No comments:

Post a Comment