JAWA POS – Asa
Persebaya belum padam. Meski tidak tercantum dalam daftar peserta yang dirilis
panitia penyelenggara Piala Jenderal Sudirman, tim berjuluk Green Force itu
belum menyerah.
Mereka akan tetap
berjuang untuk bisa bermain dalam turnamen yang bergulir bulan depan itu. “Kami
akan melobi Tim Transisi, atau Menpora terkait dengan hal ini. Sebab, Persebaya
adalah tim yang memiliki sejarah besar di sepak bola Indonesia dan saat ini
sudah diakui oleh negara mel alui Kemenkum HAM,” ujar Asisten Manajer Persebaya
Chusnul Farid kemarin (27/10).
Soal pernyataan
Hasani Abdulgani, CEO Mahaka S&E, yang meragukan kekuatan Per sebaya untuk
bersaing dalam turnamen itu, Farid menilai sangat klise. Menurut pria yang juga
pemilik klub internal FFC itu, sebulan terakhir performa Persebaya berkembang
signifikan. “Dalam uji coba kami melawan Persatu yang bermateri mayoritas
penggawa ISL, bisa dilihat bahwa kekuatan Persebaya tidak kalah. Terlebih,
sudah ada beberapa pemain bagus yang ’melamar” Persebaya jika kami tampil di
sana (Piala Jenderal Sudirman, Red),” jelasnya. Beberapa pemain yang dimaksud
adalah Roman Chmelo, Rivelino Ardiles, dan Erol Iba.
Bahkan, jumlah
tersebut bisa bertambah jika Persebaya diundang turut serta dalam turnamen
berhadiah utama Rp 2,5 miliar tersebut. “Tentu ada beberapa pemain lagi yang
ingin bisa bergabung. Tetapi, tunggu perkembangan dulu,” lanjut Farid.
Itu diakui
pelatih Persebaya saat ini, Achmad Rosyidin. Menurut dia, pemain-pemain tersebut
memang sudah masuk radar perekrutan jika Persebaya diizinkan tampil di Piala
Jenderal Sudirman. “Tetapi, masih dalam tahap komunikasi. Belum ada kata deal.
Sebab, Persebaya juga belum pasti ikut,” ujar Achmad.
Selain itu,
Persebaya terus berproses untuk memantapkan persiapan tim. Agenda latihan yang
sempat libur pekan lalu kembali diadakan hari ini. “Sementara manajemen memperjuangkan
Persebaya agar bisa ikut Piala Jenderal Sudirman, kami harus terus berlatih.
Supaya saat ada pertandingan mendadak kami sudah siap,” lanjut mantan asisten
pelatih Persebaya itu.
Sementara itu,
sidang gugatan hak pengelolaan PT Persebaya Indonesia (PT PI) kepada PT MMIB
kemarin (27/10) ditunda. Sesuai dengan agenda, kemarin merupakan hari pembacaan
putusan sela. Namun, pembacaan itu ditunda hingga Selasa pekan depan (3/11).
Sebab, majelis hakim yang menangani perkara tersebut masih harus menelaah lagi
gugatan yang diajukan sebelum membacakan putusan. “Kami hanya berproses sesuai
prosedur. Sisanya ada di tangan majelis hakim,” ujar Sunarno Edy Wibowo, kuasa
hukum PT PI. “Karena ini menyangkut kompetensi absolut, hakim perlu dengan
cermat menangani perkara ini,” imbuh Anjar Wikanadi, anggota tim kuasa hukum PT
PI.
Namun, Sunarno Edy Wibowo mengatakan bahwa dalam sidang selanjutnya,
dirinya menginginkan orang yang paham akan sejarah Persebaya dihadirkan. “Seharusnya
status HAKI yang telah digenggam PT PI adalah mutlak. Sebab, Persebaya memang
hanya ada satu,” ujar Bowo. (io/c4/ko)
Menpora Kecewa
Green Force Absen
JAWA POS –
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menyatakan kecewa terhadap
panitia turnamen Piala Jenderal Sudirman. Itu disebabkan panitia tidak
mengundang Persebaya Surabaya dalam turnamen yang akan digelar pada 14 November
tersebut.
Padahal, kata
Nahrawi, Persebaya adalah tim besar dengan basis suporter yang masif. “Terus
terang saya sangat kecewa setelah mendengar Persebaya tidak dilibatkan dalam
turnamen ini. Padahal, sejak awal saya meminta agar mereka dan Persipura bisa
dilibatkan dalam turnamen ini,” ujar Nahrawi tadi malam. “Persebaya adalah tim
besar dan punya basis masa yang besar. Mereka layak diikutkan dalam turnamen
apa pun,” tegasnya.
Nahrawi juga
menuturkan, alasan panitia tidak mengundang Persebaya karena kualitas tim
sangat subjektif. “Karena ini levelnya turnamen. Kasta tim jangan terlalu dipersoalkan.
Karena utamanya adalah membangun kembali semangat sepak bola nasional. Apalagi,
Surabaya adalah salah satu tuan rumah,” lanjutnya.
Menteri asal
Partai Kebangkitan Bangsa itu menyatakan bahwa dirinya akan tetap berusaha agar
Green Force—julukan Persebaya—bisa menjadi peserta dalam turnamen tersebut. “Saya
akan perjuangkan itu. Karena saya tahu sendiri Persebaya adalah salah satu tim
besar di negeri ini. Kalau substansi turnamen itu untuk menghibur masyarakat,
salah satunya adalah melibatkan Persebaya karena tim itu adalah ikon Surabaya,”
tegasnya.
Sementara itu,
Sekjen Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), Heru Nugroho, menyatakan
pihaknya tidak akan pandang bulu. “Mau siapa pun yang mau menggelar turnamen
atau kompetisi ya harus mematuhi peraturan yang ada,” ujarnya kepada Jawa Pos
kemarin (27/10).
Dia menjelaskan,
dalam kesempatan tersebut, dirinya juga ingin mengingatkan kepada siapa pun
yang menggelar turnamen agar tetap berkoordinasi dengan Tim Transisi sebagai
pengganti peran PSSI yang sudah dibekukan. Alasannya, itu tertuang dalam
Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) pasal 1 (ayat 25), pasal 51
(ayat 2), dan pasal 89 (ayat 1). Dalam undang-undang itu disebutkan, penyelenggara
kejuaraan olahraga yang mendatangkan masa penonton wajib mendapat rekomendasi
dari induk cabang olahraga. “Jika tidak ditaati, konsekuensinya adalah mendapatkan
sanksi pidana dua tahun atau maksimal denda 1 miliar rupiah,” bebernya.(dik/nap/c19/ko)

No comments:
Post a Comment