JAWA POS – Satlak
Prima dan Kemenpora berbeda sikap saat hendak menentukan kuota atlet pro yeksi
Asian Games XVIII/2018. Satlak menginginkan kuota super gemuk, sedangkan
Kemenpora sebaliknya.
![]() |
| Atlet wushu Lindswell Kwok |
Pemerintah berpendapat,
pelatnas harus diisi atlet pilihan sehingga jumlahnya tidak perlu terlalu
besar. Kuota yang diajukan Satlak Prima untuk mendapat surat keputusan (SK)
dari Kemenpora memang tidak tanggung-tanggung banyaknya. Yakni, 2.000 atlet.
Saat ini yang sudah punya SK baru 500. Penambahan hingga 1.500 nama itu
termasuk untuk atlet lapis kedua.
Koordinator cabor
permainan Satlak Prima Mimi Irawan akan mengusahakan beberapa cabor masuk ke SK
Asian Games 2018. Hingga kini, baru lima cabor yang masuk. Yakni, bulu tangkis,
voli pantai, squash, softball, dan tenis. “Kami memasukkan sepak takraw, water
polo, basket, voli indoor, handb all, rugby, dan kriket buat persiapan Asian
Games 2018,” ungkap Mimi kemarin (3/10). “Kalau tidak dari 2016, mau kapan lagi
dipersiapkan,” tandas Mimi.
Sementara cabor
sepak bola belum diusulkan masuk ke SK Satlak Prima. Sebab, PSSI masih mendapat
sanksi dari FIFA. “Biar urusan PSSI beres dahulu dengan Kemenpora dan FIFA,”
ucap Mimi. “Kalau kondisinya acak adul seperti ini, tidak ada gunanya
dimasukkan SK. Tidak ada kemajuan atau perkembangan,” imbuh dia.
Deputi IV Bidang
Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Djoko Pekik Irianto masih
mempertimbangkan permintaan kuota 2.000 atlet itu. “Atlet yang masuk Satlak
Prima itu kan atlet elite. Buat apa banyak-banyak,” ucap Djoko.
Kalau argumennya
demi memasukkan anak-anak muda, Djoko juga tidak melihat urgensinya. “Yang
masih muda dimasukkan kategori Prima Pratama saja. Satlak Prima jangan
memaksakan juga,” ucap Djoko. Menurut dia, kuota maksimal yang bisa ditoleransi
Kemenpora adalah 1.500 nama.(dra/c4/na)

No comments:
Post a Comment